Selasa, 19 Desember 2017 15:03:54 WIB Dilihat : 23 kali
Pemukulan Gong oleh international office Alicante University
menandai Launching INDOEDUC4ALL
Semangat perjuangan yang selama ini telah dilakukan pegiat
difabilitas, mulai dari ratifikasiConvention on the Rights of Persons with
Disabilities(CRPD) menjadi UU Nomor 8 tahun 2016, sampai berlangsungnya
proses penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) merupakan langkah besar.
Langkah besar ini tentunya juga memperbesar peluang yang memungkinkan
terciptanya pendidikan inklusif di Perguruan Tinggi. Untuk memantapkan
perjuangan itu, beberapa perguruan tinggi yang respek terhadap pendidikan
difabel seperti UIN Sunan Kalijaga, UII, UIN Syarief Hidayatullah, IAIN Solo,
Universitas Surabaya, Universitas Indonesia, Alicante University Spanyol, didukung
Dirjen Pendidikan Tinggi sedang merintis berdirinya organisasi difabel nasional
di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Untuk kepentingan itu, diselenggarakan
Konferensi Nasional bertajuk “Ensuring Access and Quality Education for
Students with Disabilities in Indonesian Universitiesdan Launching
Program INDOEDUC4ALL,di gedung RHA. Soenarjo, kampus UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta (14/12).
Mantan ketua Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga,
yang saat ini masih aktif (turut) mengembangkan keberadaan PLD, Dr. Rof’ah
ditemui di sela-sela acara menyampaikan, dirintisnya organisasi difabel
nasional dan dilaunchingnya program INDOEDUC4ALL di kampus UIN Sunan
Kalijaga, tentunya memberikan semangat tersendiri untuk membenahi pendidikan di
Perguruan Tinggi agar memberikan akses yang sama terhadap mahasiswa difabel.
Hal ini menjadi modal bagi keberlangsungan perjuangan para organisasi difabel
dalam mengawal kebijakan pemerintah, khususnya di wilayah pendidikan.
Ia mencontohkan bagaimana peran organisasi difabel dalam
menterjemahkan atau memahami impelementasi pendidikan inklusi. Mulai dari Taman
Kanak-kanak (TK,) Sekolah Dasar (SD,) Sekolah Menengah Pertama (SMP,) Sekolah
Menengah Atas (SMA,) sampai Perguruan Tinggi. Mendetailkan teknis pelaksanaan
dari poin-pon yang ada di dalam CRPD dan UU Penyandang Disabilitas.
“Mulai dari apa yang harus dilakukan, seperti assisstive
teknologi apa yang harus ada, kemudian pentingnya unit difabilitas di semua
pelayanan pendidikan, ketersedian sarana dan prasarana itu menjadi penting
kunci sukses pendidikan inklusi,” sambung Ro’fah.
Menurut Rof’ah, di kampus UIN Sunan Kalijaga, sebelum
berdirinya PLD para mahasiswa telah aktif memberi pendampingan kepada para
mahasiswa difabel. Karena memang sejak dulu kampus ini telah menerima difabel
untuk bisa studi lanjut. Dengan Lahirnya PLD, kampus ini lebih bisa melakukan
pelayanan yang sebaik-baiknya. Lebih-lebih lagi dengan adanya dukungan dari
Dirjen Dikti dan University of Alicante, Spanyol, diharapkan akan bisa
segera didirikan organisasi difabel nasional yang akan memayungi berbagai PLD
yang ada di kampus-kampus di Indonesia ini. University of Alicante,
Spanyol memberikan dukungannya melalui program bernamaINDOEDUC4ALLyang
akan berjalan sampai tiga tahun kedepan.Di mana Alicante sebagai koordinator
menggandeng enam universitas di Indonesia untuk menjadi agen dari program
tersebut. Ke-enamnya adalah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Lambung Mangkurat,
Universitas Surabaya, dan IAIN Surakarta.
Luis Gomez de Membrillera Desantes selakuInternational
Officedari Universitas Alicante menjelaskan, Program tersebut dibentuk
melihat optimisme dari progres yang ditunjukkan berbagai universitas di
Indonesia, baik dalam membentuk layanan dan komitmen terhadap isu difabilitas.
Melalui program INDOEDUC4ALL menurutnya, bisa memodernisasikanassisstive
tekhnologiatau alat bantu teknologi bagi difabel di setiap universitas.
“Selain dari upaya penyadaran akses pendidikan untuk difabel
yang kondisinya juga sama seperti di Alicante. Pada forum ini, program INDOEDUC4ALL
saya launching,” tambah Luis.
Selain mengenalkan programINDOEDUC4ALL, Universitas
Alicante melalui Direktur Unit Layanan Mahasiswa Difabel, Pepi Parreno
menjelaskan kerja-kerja yang sudah dilakukan di universitas asal Spanyol
tersebut. Kerja-kerja tersebut menurutnya tidak berbeda dengan apa yang juga
dilakukan Pusat Layanan Difabel (PLD) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lebih jauh, Pepi selaku kepala Unit layanan menjelaskan, PLD
di Universitas Alicante yang sudah berdiri 17 tahun lalu, berada di bawah Wakil
Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Ketenagakerjaan Universitas Alicante.
Terkait struktur unit layanannya yang diketuai Pepi sendiri,
terdapat empat pekerja sosial, di mana salah satunya merupakan seorang
sosialog. Selain itu ada dua ahli psikolog dan satu ahli seksolog yang berasal
dari sumberdaya eksternal unit layanan. Sedangkan di dalam internal, ada satu
orang yang ahli di bidangassisstive tekhnologiatau teknologi bantu untuk
difabel.
Pepi juga menjelaskan tujuan dari unit layanan yang
dikawalnya untuk menjamin partisipasi penuh dari mahasiswa difabel dengan
prinsip kesamaan kesempatan dan aksesibilitas universal. Prinsip tersebut
menjadi dasar dalam setiap pengadaan program-program, serta ruang aspirasi dan
menjadi pegangan dalam menjalankan misi penyadaran terhadap masyarakat kampus
Alicante dalam memahami difabilitas.
Adapun kerja-kerja yang dilakukan yakni mengindentifikasi
kebutuhan mahasiswa difabel, dan memberikan masukan sekaligus membuka layanan
konseling. Kemudian membangun rencana aksi terkait program-proram yang akan
dilaksanakan ke depan, membimbing dan memberi panduan kepada para dosen
bagaimana melakukan adaptasi terhadap pembelajaran. “Sekaligus membuka layanan
bagi keduanya,” terang Pepi.
Menurut Pepi, rencana aksi yang sedang berjalan di Alicante.
Seperti mengidentifikasi dan mengorganisir mahasiswa difabel yang mau disebut
difabel. Sebab menurutnya, tidak semua mahasiswa difabel mengakui
kedifabelannya. Mereka juga mengajukan modifikasi tes, ujian dan membuat
proposal untuk mengubah mekasnisme pembelajaran yang selama ini belum
mengakomodir. Selain itu menginformasikan kepada mahasiswa pentingnya memiliki
sertifikat difabilitas dalam workshop atau diskusi tentang difabilitas.
“Dan menjembatani lulusan mahasiswa difabel untuk masuk ke
dunia kerja,” lanjut Pepi. Sedangkan dari aspek kerelawanan, ia mengorganisir
relawan baik yang diberikan kepada orgnasisasi difabel di sekitarnya yang
membutuhkan dan sebaliknya. Unit layanannya menerima relawan dari organisasi
difabel. Di samping itu, juga mengadakan pelatihan kerelawanan.
Bagi Pepi, kerja-kerja unit layanan tidak berbeda dengan
unit PLD di UIN Sunan Kalijaga. Kehadirannya dalam program yang akan mengajak
enam universitas di Indonesia, untuk sama-sama belajar bagaimana menentukan
strategi dalam memberikan layanan bagi mahasiswa difabel.
Arif Maftukhin, M.Si., ketua PLD UIN Sunan Kalijaga
menjelaskan, untuk menuju kampus inklusi tidak hanya adanya unit layanan. Lebih
dari itu, semua masyarakat kampus mulai dari dosen, mahasiswa, dan birokrasi
turut serta mengusung dan mendorong kemudahan fasilitas dan pelayanan
difabilitas dalam pendidikan inklusi. Dengan adanya program INDOEDUC4ALL dan
support 6 PT lain, serta dukungan Dirjen Dikti yang pada forum ini diwakili
oelh Rektor Universitas Lambung Mangkurat, pihaknya berharap, akses studi
lanjut difabel di Indonesia ke PT semakin terbuka luas.
Rektor Universita Lambung Mangkurat menambahkan, Ke depan
akan semakin banyak PT yang menyediakan kursi bagi para difabel. Hal itu telah
diamanatkan dalam UU No. 8 Tahun 2016. Dunia kerja juga harus menyediakan porsi
untuk lulusan difabel. Dengan prosentasi 100 formasi lapangan pekerjaan, 1
orang diantaranya untuk difabel. Hal ini berlaku untuk instansi pemerintah,
perusahaan maupun lembaga swasta. Aturan ini belum banyak yang mengetahui,
sehingga perlu terus disosialisasikan agar UU tak sekedar diwajibkan untuk
lembaga pemerintah, tapi terimplementasi ke semua lapangan pekerjaan, dengan
memberi kemudahan fasilitas untuk tenaga kerja difabel.
Pada forum ini, PLD UIN Sunan Kalijaga memberikan anugerah
inklusi kepada beberapa orang relawan, yang telah berkontribusi, berdedikasi
dan berkomitmen tak ternilai sejak berdirinya PLD UIN Sunan Kalijaga hingga
sekarang, yakni: Kasman Ibnu (Relawan sebelum ada PLD dan ikut merintis
berdirinya PLD), Aslamah dan Ragil Ristiyanti (text:Weni H/ Foto: Doni
TW-Humas).
sumber:
http;//uin_suka.ac.id
http;//uin_suka.ac.id
Komentar
Posting Komentar